Senin, 15 Juli 2019

Sekolah SMP di Bekasi Cuman Punya 2 Murid Saat Hari Pertama Sekolah


lihatberita.com - Bekasi, Keriuhan siswa-siswi di hari pertama sekolah tidak tampak di SMP yang terletak di Perumnas 1 Kayuringin, Kota Bekasi ini. Tahun ini, SMP swasta ini hanya memiliki 2 orang siswa di tingkat kelas 7.

Menyambangi SMP tersebut pada Senin (15//2019) pagi. Pantauan pukul 09.00 WIB, hanya terdapat dua orang siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas 7.

"Siswanya sedikit, ya beginilah sepi. Dua orang (siswa)," ujar wakil kepala sekolah yang enggan disebut namanya saat ditemui wartawan di lokasi, Senin (15/7/2019). Si kepala sekolah ini juga meminta wartawan yang mendatangi sekolah ini untuk tidak menyebut secara terang nama sekolah tempat dia bekerja.

Ia menyebut jumlah siswa kelas 7, 8, dan 9 tak lebih dari 20 orang. Di mana kelas 9 berjumlah 12 siswa, kelas 8 berjumlah 5 siswa, dan kelas 7 berjumlah 2 siswa.

"Saya tidak mau menyalahkan siapapun lah, lihat sendiri aja. Kita mencoba memberikan yang terbaik aja ini," ujarnya.

Dua siswa yang mendaftar, sebutnya, berasal dari wilayah Bekasi Barat. Mereka yakni dua orang anak laki-laki berinisial MG dan MF.

"Dari awal sudah daftar di sini, (saya tanya) 'Nggak ke negeri?' (kata orang tua siswa) 'Nggak di sini aja'. Langsung bayar, dari awal sudah pengen di sini," ujar pria berusia 43 tahun itu.

Jumlah siswa baru di tahun ajaran 2019-2020 ini menurutnya paling sedikit selama sekolah itu berdiri. Sekolah itu sendiri disebutnya berdiri sejak tahun 1983.

"Guru tadinya 9, sekarang sisa 6 orang," imbuhnya.
Efek Zonasi PPDB

Menurut Wakepsek, kondisi ini terjadi karena efek dari pertumbuhan sekolah swasta dan negeri yang tidak merata. Sistem zonasi sekolah negeri juga dinilainya mempengaruhi jumlah siswa yang mendaftar di sekolah swasta.

"(Efek karena) Iya zonasi, pemetaan (sekolah) aja, adanya USB (unit sekolah baru). Kita yang swasta innalilahi," ujarnya.

Sekolah tersebut juga harus bersaing dengan 6 sekolah lain yang masih berada di satu komplek yang sama. "Satu komplek ini (6 sekolah)," ujar guru yang mengajar matematika dan IPA itu.

Bangunan SMP ini sendiri terdiri dari 3 lantai dan memiliki 12 ruang kelas. Namun, karena jumlah siswa yang terbilang sedikit, hanya 3 kelas yang terpakai untuk proses belajar mengajar.

"Kita siasati moving class aja. Ada ruang musik, termasuk ruang (belajar) agama, belajar agama masuk musala, lab bahasa," ujarnya.

Karena hanya memiliki 2 orang siswa, Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) kelas 7 terpaksa digabung dengan kakak kelas. "MPLS-nya saya gabungin, biar ramai," ujarnya.

Ortu Tak Khawatir

Salah satu kakek siswa, Hasan (68), mengaku tidak khawatir dengan kondisi ini. Hasan sengaja mendaftarkan anaknya ke sekolah tersebut karena berdekatan dengan rumahnya.

"Karena sehari-hari lewat sini, dari tetangga juga bagus ini sekolahnya. Dari masyarakat juga bagus dan aman," ujar Hasan.

Hasan tidak mempermasalahkan anaknya tidak memiliki teman yang banyak.

"Cucu saya ini 'kan agak hiperaktif, kalau disekolain di tempat yang ramai terus di-apa-apain sama teman-temannya gimana," kata Hasan.

Di hari pertama masuk sekolah, para siswa menyanyikan lagu mars sekolah. Para siswa mengikuti kegiatan dengan tertib.

Masa perkenalan sekolah bagi siswa baru digabung dengan siswa kelas 8 dan 9. Memasuki jam istirahat, para murid laki-laki bergabung dengan sesamanya, dan begitu juga murid perempuan. Total murid perempuan ada 6 orang, sedangkan laki-laki ada 13 orang.

Jam pelajaran sekolah dimulai pukul 07.00 WIB. Sekolah bubar pada pukul 12.00 WIB.

0 comments:

Posting Komentar